Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ngetrip (Lagi)

Saya masih ingat pertama kali ketika memutuskan open trip. Semangatnya waktu itu mengajak orang-orang berwisata sambil berkenalan dengan Islam di negeri-negeri dengan penduduk dengan populasi muslim sedikit.

Pilihannya waktu itu adalah Vietnam dan Kamboja ditambah Malaysia karena memang harus transit ke sana.

Pertama bikin Open Trip bukan berarti itu pertama kali saya datang ke sana. Dulu, waktu masih menyandang gelar Backpacker, negeri Kamboja pernah saya kelilingi. Khususnya Phonm Penh dan Siem Reap.

Perjalanan mandiri ini lanjut ke Bangkok via jalur darat, lanjut ke Chiang Mai, terus ke utara ke Chiang Rai, sudah mendekati perbatasan Laos.

Sementara ke Vietnam saya tempuh disaat saya sedang semangat-semangatnya belajar Islam (sampai sekarang masih semangat). Menetap beberapa hari di kota Saigon. Berpindah dari rumah satu ke rumah lainnya (via couch surfing), kemudian meluncur ke Vietnam Selatan, Provinsi An Giang, merasuk ke jantung perkampungan Muslim. Orang-orang Champ.

Tentu saja saya tak hanya menghabiskan waktu. Banyak hal saya dapat dari perjalanan. How to communicate with the local, ketemu budaya baru, termasuk mencoba memahami kondisi kaum muslimin di negeri-negeri asing.

Dalam perjalanan itu pula saya bertemu dengan traveler lainnya. Kaum hedon dari Eropa, Mahasiswa Indonesia yang sedang riset disertasi, juga bertemu dengan orang-orang yang bekerja di Parlemen. Entah dalam rangka apa mereka ke Vietnam waktu itu.

Dari banyak peristiwa, saya punya kesan mendalam terhadap Islam dan pemeluknya di sana.

Di Phnom Penh misalnya. Saya bertemu dengan seorang aktivis Islam. Yang tak pernah lelah memperkenalkan Islam Champ ke dunia luar. Kami berdiskusi lumayan mendalam. Agak miris setelah mengetahui bahwa goal utama aktivis ini adalah mendapatkan bantuan dari para dermawan untuk disalurkan kepada umat Islam yang kondisinya memang memprihatikan.

Di Bangkok, saya dibawa tidur di rumah keluarga muslim yang amazing. Seorang ibu tua, barangkali di atas 70an, dengan gegap gempita melayani tamunya seperti raja. Saya sampai tidak enak sendiri. Pada momentum ini saya tak akan lupa dengan mango sticky rice buatannya.

DI Ho Chi Minh, dengan pemahaman keislaman saya yang terbatas, duduk berdiskusi dengan seorang komunis hingga lewat tengah malam. MasyaAllah.

"Saya harus mengajak orang-orang datang ke negeri-negeri seperti ini," begitu batin saya waktu itu.

Maka Open Trip saya buka. Saya kasi judul Islamic Trip 3 negara. Saya memperkenalkan diri sebagai teman perjalanan kepada para peserta, bukan tour guide.

Islamic Trip ke Kamboja Vuetnam Malaysia waktu itu berjalan lancar. Waktu berikutnya bikin lagi ke Thailand - Malaysia. Bikin lagi ke Singapura. Bikin lagi ke Malaka. Begitu terus menerus sampai pandemi tiba.

Sebelum pandemi, saya sempat bersama belasan orang ke Kuala Lumpur Malaka. Sepulang mengembara, kami membuat catatan. Alhamdulillah, sekarang catatan itu sudah menjelma buku dengan judul Bekas Jejak.

Ini travel book pertama yang saya garap bersama para pejalan yang tak punya basic kepenulisan sebelumnya. MasyaAllah.

Tadi siang saya utak atik internet. Surfing ke Bangkok. Ngulik Skyscanner, Agoda, juga traveloka. Mempelajari hal-hal baru yang bisa jadi belum saya temukan sebelum ini. Beberapa hari sebelum ini saya sudah berkomunikasi dengan seorang driver muslim dari Thailand.

Fix, kembali saya open trip. Kali ini saya kasi judul Exclusive Islamic Trip. Rutenya Bangkok-Pattaya. Kenapa Exclusive? Ya, karena exclusive. Bagaimana cara menjelaskannya?

Mungkin akan lebih asik kalau teman-teman ikut merasakannya. Agar tak berlelah-lelah menjelaskannya ðŸ™‚

saya tunggu

Salam
Pay Jarot Sujarwo

2 komentar untuk "Ngetrip (Lagi)"

  1. Betul mas Pay sekarang sudah bisa mas.

    Jenengan semakin lama semakin cerdas.

    Tulisan semakin bernas.

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih pak deni. Panjenengan juga semakin hari semakin amazing

      Hapus