Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Perjalanan Kopi di Eropa


Setelah sedikit mendengar cerita kopi, VOC, dan tanam paksa di nusantara, mari kita traveling ke Eropa. 

Seperti yang sudah kita ketahui bersama, runtuhnya kejayaan Islam Andalusia dengan ditutupnya Granada pada tahun 1492, membuat Eropa secara perlahan keluar dari lubang hitam kegelapan. Spanyol dan Portugis menjadi kekuatan yang cukup punya pengaruh kala itu. 


Memang, Islam belum sepenuhnya kalah. Benih-benih persatuan kental terasa di bagian timur. Orang-orang Turk. Para petarung anak cucu Utsman nantinya kembali mewakili Islam sebagai adidaya yang seolah tanpa pesaing. 

Keturunan Utsmani memfutuhat konstantinopel di Timur, di bagian barat Spanyol dan Portugis pelan-pelan menebar ancaman. Nanti menyusul Perancis, Inggris, Jerman, Belanda, Italia dan negeri-negeri Eropa lainnya yang keluar dari kemerosotan system monarchy. 

Revolusi Industri terjadi. Buku Wealth of Nation karya Adam Smith menjelma serupa kitab suci. Manusia punya hak dan kebebasan tanpa batas. Produksi segala bidang merajalela. Menghadirkan raja-raja baru di bidang ekonomi. Salah satunya datang dari dunia kopi. 

Pada tahun 1686, Procopio Cuto, seorang Chef dari Sisilia membuka Café di Paris, Perancis. Inilah café tertua yang masih berdiri hingga hari ini di Paris bernama Le Procope. Di sini pula untuk pertama kalinya kopi di diperkenalkan sebagai minuman untuk kaum borjuis.

Kala itu orang-orang dilanda kebingungan. Betapa tidak, selama ratusan tahun mereka terperangkap budaya minum wine, dan tak jarang endingnya mabuk dan kedangkalan berpikir.. 



Di masa rasa Louis XIV dan XV sekitar abad 17 sampai 18, orang rata-rata dapat menghabisnya 7-8 liter anggur per harinya. Ketika kopi datang, mereka merasakan dampaknya secara langsung. Tubuh yang lelah menjadi bugar, bahkan pikiran mereka semakin cerah. Percakapan-percakapan serius menjamur seiring menjamurnya café di Paris. 

Dalam bukunya “Cuisine and Culture: a History of Food and People,” Linda Civitello menulis untuk kali pertama orang (Eropa) memiliki alasan untuk berkumpul di ruang publik tanpa melibatkan alkohol. Kegiatan ini pun berkembang menjadi rutinitas sosial yang bersifat politis. pada era tersebut konsep media massa belum lagi dikenal. Berita tersebar dari mulut-ke mulut di kedai-kedai kopi, melalui proses dialogis.

Kopi semakin digandrungi orang-orang. Dari café café para aktivis bermunculan. Keluh kesah kehidupan pribadi berubah menjadi keluh kesal komunal. Problematika umat menjadi topik utama. Semangat renaisans yang sudah terjadi di tanah Eropa terus berlanjut. Muncul istilah baru, Aufklarung. 

zaman yang sering disebut sebagai kelanjutan dari Renaisans ini melahirkan berbagai pemikiran, seperti rasionalisme, empirisme, kontianisme, idealisme, positivisme, pragmatisme, sekulerisme, dan eksistensialisme.

Bagi rakyat, kopi dapat menginspirasi mereka berkumpul dan melawan. Gagasan tentang harus berakhirnya era Feodalisme di Eropa menggurita kemana-mana. Lalu bagaimana dengan para raja? Apa reaksi mereka dengan menjamurnya kopi di Eropa? 


Follow

www.instagram.com/payjarotsujarwo

Posting Komentar untuk "Perjalanan Kopi di Eropa"