Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Perempuan Berkerudung Pedagang Roti di Mae Chan

Masih tentang cerita tidak mau makan babi. Kali ini kejadiannya di sebuah desa kecil di utara Thailand, Mae Chan, Chiang Rai. Setelah satu minggu di Seam Reap, perjalanan saya lanjutkan ke Bangkok lewat jalur darat. Terminal bis antar negara di Bangkok berada di kawasan Pasar Chatuchak. Di Bangkok saya menginap di rumah teman yang beragama Islam. Di tempat ini pertama kalinya saya mengerti konsep memuliakan tamu yang sudah diajarkan nabi semenjak 14 abad lalu. Kurang lebih dua malam saya di Bangkok, perjalanan saya lanjutkan ke Chiang Mai. Dengan kereta api supermurah, mendapat penginapan yang juga supermurah. Chiang Mai adalah kota kecil. Jika kita hanya ingin jelajah kota, tanpa harus repot-repot naik gajah sambil merasakan pengalaman adventure “buatan ala Thailand”, berarti tak usah lama-lama kita di sini. Saya putuskan terus ke utara. Chiang Rai. Menyewa motor yang tersedia di depan hotel tempat saya menginap. Di Chiang Rai, menginap berpindah-pindah dari rumah satu ke rumah lain. Mereka ini adalah orang-orang yang saya kontak via couch surfing. Berinteraksi dengan masyarakat lokal. Berbagi pengalaman antar traveler seperti umumnya yang terjadi di dunia backpacker. Hingga suatu hari kami (saya, seorang traveler Amerika, seorang penduduk desa Mae Chan) pergi keluar mencari makan. Mae Chan adalah desa kecil. Ada satu lapangan luas yang di tempat itu banyak dijual aneka ragam makanan. Si Amerika dan penduduk lokal sudah memesan makanan. Saya belum. Saya melihat sekeliling. Makan apa saya? Ketemu seorang perempuan berkerudung. Dia menjual roti. Tapi saya ingin makan nasi. Pasti tak kenyang jika hanya makan roti. Saya hampiri, bertanya apakah ada makanan nasi halal di area ini? Perempuan itu menjawab, tidak ada. Merasa belum terlalu yakin, saya kelilingi lapangan. Menghampiri satu demi satu tenda yang menjual makanan. Ada nasi, mie, tomyam, dan berbagai cirikhas makanan Thailand lainnya. Perempuan itu benar, tak satupun kedai makanan halal. Saya balik ke tempat semula, tepat di seberang jalan perempuan berkerudung penjual roti. Dia berteriak memanggil-manggil. Kembali saya hampiri. Perempuan itu tidak bicara, sebab memang tidak bisa bicara Inggris. Ia mengeluarkan nasi yang sepertinya bekal dari rumah. Ia menggoreng telur, dimasukkan ke dalam nasi miliknya itu. Dibungkus, lalu disodorkan ke saya. Tidak bicara. Hanya tersenyum. Isyarat yang membahagiakan. Saya menyodorkan uang. Ia menolak. Seolah-olah ia berucap, seperti inilah seorang muslim seharusnya. Ukhuwah. Deg. Dada saya bergemuruh. Oh iya, agama saya Islam. orang tua Islam. Tapi semenjak lulus SMA, berangkat ke kota Jogjakarta, saya begitu jauh dari Islam. Perjalanan ke Siem Reap, juga Mae Chan, bisa jadi teguran dari Allah, bahwa agama ini tak layak untuk dijauhi. Salam Pay Jarot Sujarwo t.me/payjarot ig: @payjarotsujarwo facebook.com/payjarotsujarwo1924

Posting Komentar untuk "Perempuan Berkerudung Pedagang Roti di Mae Chan"