Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Babe

oleh Pay Jarot Sujarwo


Foto Karya Almarhum Sugeng Hendratno
Wow, it’s amazing. Aku membatin setelah melihat hasil potret. Diriku yang jadi objek. Lalu jangan kau pikir gambar ini dihasilkan dari HP android dengan teknologi kamera bokeh yang digemari anak-anak alay zaman kekinian. Bukan. Itu diambil dengan kamera DSLR, entah apa merknya, memiliki lensa yang begitu panjang, diambil dari jarak yang jauh. Lokasi pemotretan, Rumah Mimpi, tahun kejadian, 2009.

Fotografernya bukan fotografer sembarangan. Dia adalah fotografer terbaik yang pernah dimiliki tanah ini. Jangan, jangan kau banding-bandingkan dia dengan fotografer lainnya. Tidaklah sekali-kali ada yang menyamainya. Titik. Tanpa penawaran.

Aku mengenalnya, barangkali sekitar tahun 2007 atau 2008. Jumpa kami pertama di markas Canopy Indonesia, jalan Karimata 43. Bang Deny Sofian yang memperkenalkannya kepadaku. Dari situ interaksi kami semakin sering. Keakraban terjalin. Nanti, setelah dari Karimata, sama-sama kita bangun Rumah Mimpi, di Taman Gitananda. Sungguh, waktu itu para seniman di kota ini merasa punya tempat. Kreatif. Guyup. Bersahaja. Akur.

Para sastrawan punya aktivitasnya sendiri. Pembuat film begitu pula. Musisi kumpul berkarya. Para fotografer begitu tangguh. Masing-masing punya ruang kreatif, namun antar disiplin ilmu punya jalur interaksi yang juga indah. Di rumah mimpi ia mengajar fotografi bagi para fotografer pemula. Apa yang terjadi saudara pemirsa? Hari ini hampir semua siswanya telah menjadi fotografer profesional. Ia dipanggil Babe. Ini bukan sekadar karena usianya lebih tua, tapi memang kebijaksanaan seorang bapak ada padanya. Orang-orang tak sekadar belajar fotografi dan perkara seni budaya, tapi ada nilai kearifan dalam dirinya. Babe. Jika ia pergi, maka semua anaknya akan merindu.

Pasca Rumah Mimpi, interaksiku dengannya mulai jarang. Tapi aku tau, ia menjadi fotografer andalan WWF. Ia memotret orang utan, memotrret burung enggang, memotret badak, memotret pedalaman. Ia membuat entah berapa pasang mata berdecak kagum karena hasil karyanya. Di tangannya, karya fotografi punya value berharga.

Oh iya, usia kami terpaut jauh, tapi kami punya tanggal lahir yang sama. 5 Juli. Jika facebook memberi selamat ulang tahun kepadaku, pasti juga mengucapkan selamat kepadanya. Di rumah mimpi, dulu para seniman pernah merayakan ulang tahun kami bersama.

Waktu merambat, musim berganti. Aku semakin jarang berjumpa Babe. Beberapa kali, jika pas main ke WWF, pernah kulihat ia sekali dua. Tapi sangat jarang. Apalagi setelah mengetahui ia harus bertugas di luar Kalimantan Barat.

Hingga suatu hari, kudengar kabar duka. Ia terkena kanker dan harus dirawat di rumah sakit di Jakarta. Ia sendiri yang menceritakan kepada dunia perihal sakitnya lewat facebook. Ya, waktu itu ia masih bisa pegang HP, unggah berita terkini sambil berharap doa dari sanak kerabat.

Katakanlah: "Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudharatan dan tidak (pula) kemanfaatan kepada diriku, melainkan apa yang dikehendaki Allah". Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukan(nya). (Surah Yunus ayat 49)

Pada akhirnya Allah yang punya hak atas kehidupan dan kematian. Hari ini, tak bisa dimajukan tak bisa dimundurkan, Babe pergi dari dunia. Selanjutnya ia akan melewati fase berikutnya. Fase alam kubur, dilanjutkan dengan fase pertanggungjawaban.

Semua orang yang mengenalnya tentu saja merasa kehilangan. Babe tak hanya fotografer terbaik, tetapi teman, guru, sekaligus ayah bagi banyak orang yang darinya betapa banyak pelajaran telah diambil.

Kami yang hidup ini tak ada lain yang bisa dilakukan, selain berdoa, semoga banyak pelajaran itu berbuah pahala. Menjadi bekal bagi Babe di akherat. Menjadi modal baginya jika harus berhadapan dengan malaikat saat dimintai pertangungjawaban.

Kematian Babe sekaligus menjadi pelajaran bagiku juga kita semua, bahwa besok bisa jadi kita yang dijemput ajal. Besok bisa jadi kita yang dimintai pertanggungjawaban. Sudahkah kita mempersiapkan?

Innalillahi wa innailaihi rojiun, semoga babe Sugeng Hendratno husnul khotimah.

----------------
Pontianak 20 Juli 2019

Posting Komentar untuk "Babe"