Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menuju Ketaatan


Telah kita baca dalam sejarah tentang kegemilangan Islam di masa lalu. Ia telah meninggalkan jejak di seantero bumi termasuk kawasan tiur jauh.

Terhadap sejarah kegemilangan ini, sebagian kalangan ada yang nyinyir. Katanya, jangan terlalu asik dengan romantisme masa lalu. Jalani saja dengan apa yang sedang berlaku sekarang.

Padahal fungsi sejarah bukan sekadar romantisme masa lalu. Sejarah tak membuat kita terlena lalu larut dalam romantisme. Malah sebaliknya. Ini menjadi ladang introspeksi yang begitu luas. Pelajaran berharga yang ada di dalamnya menjadi modal utama dalam rangka menjalani apa yang ada hari ini.

Toh, apapun yang kita hadapi, yang namanya syariat di dalam Islam tidak bisa kita tinggalkan. Dan itu seluruh aspek kehidupan. Bahwa sekarang kondisi kita sedang terpuruk dalam kemerosotan berpikir yang dalam, tidak membuat kita kemudian pasrah.

Ini juga yang menjadi penyemangat bagi saya saat memutuskan traveling. Sejak zaman Rasulullah, Traveling (safar) telah menjadi tradisi masyarakat. Bahkan Allah telah mengabadikannya dalam Alqur'an.

"Karena kebiasaan orang-orang Quraish. Yaitu kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan (pemilik) rumah ini (Ka’bah). Yang telah memberi makanan mereka dari kelaparan dan mengamankan mereka dari rasa ketakutan." (Al Quraisy: 1-4)

Traveling mereka lakukan dalam rangka memenuhi berbagai keperluan. Ekonomi, sillah ukhuwah, diplomasi politik, pendidikan, apapun. Saat Islam datang, perintah traveling disertai juga dengan perintah ketaatan.

“Sungguh, telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah (Allah), karena itu berjalanlah kamu ke (segenap penjuru) bumi dan perhatikanlah bagai-mana kesudahan orang yang mendustakan (rasul-rasul).” (Ali Imran: 137)

Apa yang dimaksud mendustakan rasul-rasul dalam ayat ini? Apalagi kalau bukan maksiat? Keengganan untuk taat. Penyembahan berhala, umbar aurat, perzinahan, minuman keras dan semacamnya, yang sayangnya sering kita jumpai saat kita traveling di era modern ini.

Untuk itu, cukuplah quran menjadi landasan dalam segala aktivitas. Cukuplah Quran memberikan informasi berharga ini dan kemudian kita, selaku umat yang mengimaninya, tinggal mengamalkannya.

Berjalanlah di muka bumi, dan perhatikanlah orang yang mendustakan rasul-rasul, begitu kata Quran. Ini adalah perintah taat. Kerusakan yang kita saksikan atas pendustaan Rasul, tidak seharusnya kita ikut arus, tetapi sebaliknya. Itu mungkar dan harus kita cegah.

Jadi mau healing kemana? Mau travelng kemana? Shopping kemana? Mau kulineran kemana? Jadikan perjalanan itu momentum berharga untuk kita semakin dekat dengan Allah ta'ala.

Perjalanan ke Bangkok dan Pattaya yang saya rencanakan pada akhir september nanti adalah ikhtiar untuk itu. Menelusuri jejak-jejak kegemilangan bahwa Islam telah sampai hingga bumi gajah putih. Masjid, perkampungan muslim, adalah bukti dari jejak itu.

Kamu mau ikut? Yuk

Teman perjalananmu
Pay Jarot Sujarwo

Posting Komentar untuk "Menuju Ketaatan"