Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dong Tidak Punya Tuhan

Seperti biasa, sebelum melakukan perjalanan persiapan sesuai kebutuhan sudah harus dilakukan sebelum berangkat. Pakaian, buku bacaan, dokumen travel, juga orang-orang yang akan ditemui di lokasi tujuan. Untuk teman-teman yang punya impian ingin berpetualang, saya tidak merekomendasikan “biarkan mengalir seperti air” atau “biarkan terbang seperti debu” kemudian tidak membuat rencana perjalanan. Ini rencana saya. Pesawat Pontianak – Kuala Lumpur – Ho Chi Minh. Saya kontak beberapa orang via riset internet. Pertama namanya Dong, menyediakan tempat tinggalnya untuk saya tempati. Barang-barang saya aman di situ sepanjang saya menyusuri tiap sudut kota Saigon. Dong menjemput saya di bandara Saigon. Sekaligus memamerkan tempat parkir sepeda motor yang masyaAllah. Dulu saya pernah di Belanda. Di tiap stasiun kereta, ada tempat parkir sepeda yang besar sekali,. Jumlahnya banyak sekali. Sering dijadikan object foto para turis. Kali ini di Saigon, situasinya seperti Belanda tetapi yang diparkir sepeda motor. Saya tak tau berapa tingkat dan berapa luas gedung ini. Tapi sepanjang mata memandang, sepeda motor seperti tak habis-habis. Nanti saya ceritakan khusus tentang lautan sepeda motor di Saigon. Kurang lebih 30 menit dari bandara, akhirnya kami sampai di tempat tinggal Dong. Kami bercakap-cakap agar saling kenal. Percakapan khas para couch surfer. Saya to the poin, memberanikan diri bertanya tentang ideologi komunis yang diemban negara Vietnam. Lalu bagaimana dengan keyakinan individu rakyatnya? Untuk urusan politik negara Dong tak bercerita banyak. Dia hanya menyampaikan tentang dirinya yang tak pernah dikenalkan tentang Tuhan dari keluarga sejak kecil. Bukan tidak dikenalkan tetapi diberi pemahaman bahwa Tuhan tidak ada. Meski demikian, doktrin dari keluarganya menyampaikan untuk tidak membenci orang yang mempercayai Tuhan. Tak apa kalau orang mau punya Tuhan, kita yang tak punya ini tak boleh mengusiknya. Kira-kira demikian. “Interesting,” kata saya. Pertanyaan selanjutnya apakah apa yang dipahami Dong dan keluarga sama seperti pemahaman orang Vietnam kebanyakan? Dong tak berani untuk membentuk generalisasi terhadap pemahaman setiap individu manusia. Apalagi di era modern ini setiap orang punya kebebasan tanpa batas. Saya tak setuju tentang kebebasan tanpa batas. Sebab bagaimanapun juga akal manusia terbatas. Tapi perkara ini tak saya sampaikan ke Dong sebab waktu itu dia masih mengalir bercerita tentang dirinya juga keluarga. “How about you?” Dia bertanya kepada saya. Mungkin maksudnya disuruhnya saya gentian bercerita. Saya katakan bahwa God does exist. Karena Tuhan itu ada, Tuhan juga punya aturan. “Kau punya agama?” tanya Dong lagi Ya Islam. “Tell me about it,” Dong ingin saya bercerita tentang Islam. Saya ceritakan sepemahaman saya saja dengan Bahasa Ingris ala kadarnya. Seperti apa ceritanya? Setelah ini ya Salam Pay Jarot Sujarwo Ig: @payjarotsujarwo Fb: Pay Jarot Sujarwo t.me/payjarot

Posting Komentar untuk "Dong Tidak Punya Tuhan "