Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Aroma Kopi, Aroma Penjajahan

Menurut google map, waktu tempuh dari masjid Dong Du menuju masjid Al Rahim adalah 12 menit. Saya masih punya banyak waktu. Maka map saya arahkan menuju central post office. Ini kawasan “you must visit” bagi siapa saja yang menjejakkan kakinya ke Saigon. Masjid Dong Du – Kantor Pos: 10 menit. Lanjut kantor Pos – Masjid Al Rahim: 16 menit. Aman. Waktu masih cukup. Maka selepas makan siang di restoran halal sebelah masjid Dong Du, saya memulai langkah. Kantor Pos Saigon adalah bangunan bergaya neoklasik atau ada juga yang menyebutnya khas arsitektur Renaissance. Saya tak terlalu paham tentang ini. Yang saya lihat dengan mata kepala sendiri, ini bangunan yang dibangun oleh orang Barat. He he. Siapa lagi kalau bukan Perancis. Negara penjajah yang menduduki kota ini di tahun 1800an. Sebagai salah satu atraksi kota tentu saja kawasan ini begitu ramai dikunjungi manusia. Tak hanya traveler asing, orang-orang lokal pun memanfaatkan tempat ini untuk berbagai macam aktivitas. Sebagai kantor pos, gedung peninggalan Perancis ini masih berfungsi sampai hari ini. Saya melihat beberapa group anak seusia SD didampingi para guru juga memadati tempat ini. Dugaan saya mereka sedang melakukan program visiting di tempat-tempat bersejarah. Di halaman, bus-bus pariwisata berhenti menurunkan penumpang. Satu mobil membawa puluhan orang Jepang, rata-rata berusia senja. Namun tak kalah heboh dengan pelancong berusia lebih muda. Alat tempur seperti kamera dan telepon genggam siap sedia. Jepret sana sini. Juga ada orang-orang lokal yang memanfaatkan halaman sini untuk ambil foto pra wedding. Tak jauh ada gereja Katedral, juga peninggalan Perancis. Orang-orang yang mau menikah ini juga memanfaatkan gereja sebagai background foto mereka. Ya, boleh-boleh saja kan. Tak bertuhan, atheist, di bawah naungan pemerintah komunis, kalau mau nikah pakai background gereja. Tak ada yang larang. Di dalam kantor Pos sudah disambut dengan blok aneka souvenir khas Vietnam. Topi caping petani dibandrol dengan harga yang cukup mahal. Setidaknya bagi saya orang Indonesia. Tapi mungkin harganya rasional bagi pelancong Barat. Masuk ke dalam lagi aktivitas orang kirim surat/paket di kantor pos. Ini semua tak luput dari kamera pelancong. Saya tak punya budget untuk berbelanja di tempat ini. Ada juga beberapa informasi yang bisa dibaca para turis. Misalnya, Perancangan gedung kantor Pos ini dibuat oleh arsitek Perancis, Gustave Eiffel, seorang yang terkenal dengan perancangan menara Eiffel, Patung Liberty dan sebagainya. Ada sumber lain yang mengatakan: Gedung Kantor Pos dirancang menurut gambar perancangan dari arsitek Villedieu dan pembantunya Foulhoux. Saya tak terlalu lama menghabiskan waktu di tempat ini. Bukan tujuan utama saya. Untuk sekadar tahu, sekaligus penanda, sudah pernah ke sini. Cukup. Saya berjalan ke arah kiri dari halaman kantor pos. menemukan kedai kopi. Nah, ini jauh lebih baik dari pada potrat potret kantor pos. Mungkin tak banyak yang tau bahwa Vietnam merupakan negara penghasil kopi terbesar di Asia Tenggara dan nomor 2 di dunia setelah Brasil. Tanaman Coffea pertama yang tumbuh di Vietnam adalah bawaan dari bangsa Prancis pada abad ke-19. Kalau ada aroma kopi tentu saja kita tak boleh melupakan aroma kebengisan penjajah. Tanaman yang konon pernah dihargai seperti emas ini tak dipungkiri telah menjadi salah satu penyebab jutaan manusia dibunuh dengan keji. Manusia di Brasil, manusia di Vietnam, manusia di nusantara, manusia dimana saja yang tanahnya subur dan pemikiran masyarakatnya sudah merosot sedemikian jauh, maka akan menjadi korban kekuatan kolonialisme Eropa yang begitu rakus dan angkuh. Saya memesan Espresso. Ingin ikut merasakan pahitnya perjuangan orang-orang pada masa itu terhadap penindasan yang ratusan tahun dilakukan penjajah. Sambil berharap rasa pahit itu menjadi pemantik luar biasa untuk tak melulu larut dalam kepedihan masa lalu, tapi begitu bersemangat memperjuangkan kebangkitan di masa depan. Menjelang Ashar, langkah kaki berikutnya adalah masjid Al Rahim. Salam Pay Jarot Sujarwo ig: @payjarotsujarwo fb: Pay Jarot Sujarwo web. www.payjarotsujarwo.com silakan join di channel telegram t.me/payjarot

Posting Komentar untuk "Aroma Kopi, Aroma Penjajahan"