Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Zeitgeist dan Tatanan Dunia Berbasis Syariat

Tulisan Kuratorial untuk Pameran Seni Islam News World Order, oleh jejaring seniman Muslim KHAT

Tahun 2007 sebuah film dokumenter dirilis secara online. Diberi judul Zeitgeist dan lumayan menggemparkan dunia perpolitikan khususnya di Amerika Serikat pada waktu itu. Film ini digarap seorang anak muda bernama Peter Joseph mencoba mengangkat berbagai teori konspirasi berbasis ide. Diawali dengan teori mitos kristus dan tuhan-tuhan lainnya pun juga membahas secara rinci berbagai teori alternatif tentang pihak-pihak yang bertanggungjawab terhadap serangan nine eleven. Cukup sampai di situ? Belum. Dalam dokumenter ini juga dibahas tentang bankir yang memanipulasi sistem moneter internasional dan media dalam rangka konsolidasi kekuasaan.

Berbagai reaksi hadir. Termasuk pihak-pihak yang menuduh bahwa film ini sebagai propaganda. Tuduhan propaganda ini tentu saja berasal dari kalangan terusik. Penguasa dan kroco-kroconya. Terlepas dari itu semua, Zeitgeist telah fenomenal mengangkat kembali teori konspirasi dunia. Kita kerap mengenalnya dengan sebuatan New World Order.

Lalu orang-orang kembali ramai memperbincangkan ini. Bahwa ada elit kekuatan rahasia yang bersekongkol dan pada akhirnya menguasai dunia melalui pemerintahan dunia otoriter. Topik tentang ini tentu saja diselingi dengan sub topik seperti dajal, yahudi, zionis, freemason, iluminati, bumi datar. Dibicarakan terus menerus dari waktu ke waktu. Menghasilkan “perdebatan tiada akhir” dalam kurun waktu begitu lama.

Lalu apa lagi? Lambat laun, disadari atau tidak, New World Order telah berubah menjadi Old World Order. Isu ini sudah menjadi basi dan tak lagi menarik. Masyarakat mulai jengah ditambah dengan situasi sosial politik dan ekonomi dunia yang semakin karut marut.

Kenapa dunia karut marut? Ini pasti konspirasi. New World Order. “Ah, basi sudah,” kata orang Melayu.

Tapi perkara peradaban dunia tak akan pernah basi. Jika New World Order sudah berubah menjadi Old, orang-orang tak berhenti memperbincangkan sesuatu yang akan terjadi setelah ini. Kita bisa lihat secara terang benderang sistem ekonomi kapitalis yang diterapkan sudah ringkih. Sebentar lagi ambruk. Menyusul dengan berbagai persoalan yang melanda manusia. Parahnya, tidak ada negara yang memahami bagaimana cara menyelesaikan persoalan di bumi ini. Buruk. Ini benar-benar buruk.

Situasi yang semakin buruk inilah yang menjadi pemicu bagi komunitas muslim KHAT untuk menyampaikan kabar baik dengan cara mereka. Seni. Orang-orang harus disadarkan. Tak boleh terus menerus cuma pasrah dalam kondisi buruk dunia. Tak boleh hanya berpendapat ‘ini semua karena teori konspirasi’. Opini basi ini harus berganti dengan sesuatu yang baru. Bukan kabar buruk. Melainkan kabar gembira. Maka New World Order harus berganti dengan News World Order. News tentang kabar gembira yang tak sekadar opini melainkan sebuah janji dari penguasa bumi dan seluruh planet lainnya, Allah SWT. Lewat RasulNya Muhammad SAW kabar gembira ini dikabarkan 14 abad silam dan sudah seharusnya menjadi pegangan kuat bagi kita semua, kaum muslimin untuk tak hanya menunggu namun memperjuangkan kabar gembira itu.

“Akan ada masa khilafah yang mengikuti metode kenabian,” begitu yang disampaikan Rasulullah Muhammad SAW dan ini adalah sebuah kabar gembira. Sebuah News yang harus terus menerus disampaikan ke seantero dunia.

News World Order adalah pameran seni Islam yang digelar oleh jejaring seniman muslim KHAT yang tersebar di berbagai kota. Jogjakarta – Kalimantan Barat – Jawa Barat – Jawa Timur. Hadits nabi tentang kembalinya kejayaan Islam yakni era Khilafah ‘ala minhajin Nubuwah ini diekspresikan dengan berbagai rupa dan cara oleh seluruh jejaring yang terlibat.

Teguh Wiyatno dengan begitu apik melukiskan sebuah peradaban usang yang akan runtuh bernama kapitalisme. Lukisan ini diberi judul The Great Falling digarap dengan media watercolor on paper berukuran 112 x 76 cm. Apel kroak yang selama bertahun-tahun dijadikan sebagai salah satu simbol kegagahan kapitalisme oleh sang pelukis digunakan sebagai pembungkus peradaban yang sudah benar-benar usang. Peradaban itulah yang saat ini kita jalani. Berasaskan sekulerisme berjalan dengan sistem kapitalisme. Keruntuhan besar. Sebentar lagi.

Seniman Jogjakarta lainnya Agus Baqul kembali menghadirkan lukisan kaligrafinya. Bertulisakan Muhammad diberi judul Kabar yang Tak Pernah Kabur. Inilah penegasan bahwa jika sudah meyatakan beriman kepada Allah dan RasulNya, itu artinya tak ada peluang untuk meragukan apa yang telah disampaikan Allah dan RasulNya. Jika ragu, berarti ada masalah dalam perkara iman. Kaligrafi Agus Baqul menegaskan hal itu kembali. Kamu beriman? Tak seharusnya kamu ragu dengan kabar dari Rasulullah. Sebab kabar ini tak pernah kabur. Kabar ini adalah akan hadirnya kembali masa khilafah yang berjalan di atas metode kenabian.

Deni Je, membuat lukisan aquarel di kanvas memberi judul lukisannya dengan kalimat Pohon Merah Tumbuh lagi. Menghadirkan pohon berwarna merah yang tumbuh di antara terang dan gelap (matahari dan bulan). Pelukis yang biasanya memakai kertas sebagai media cat airnya, kali ini menggunakan kanvas. Mencoba menceritakan kebangkitan lewat simbol pohon yang menaungi seluruh negeri dalam keadaan gelap dan terang. Kebangkitan itu bernama Islam. Kebangkitan yang telah lama dirindukan. Kenapa pohon berwana merah? Deni Je punya harapan besar dengan Turki, meski ia sadar dan memahami lokasi tempat hadirnya Khilafah ‘Ala Min hajin Nubuwah yang kedua adalah wilayah kekuasaan Allah.

Ada banyak karya seni lainnya yang hadir dari Jogjakarta megingat di sinilah pusat kegiatan jejaring seniman KHAT seluruh Indonesia, bahkan dunia. Aruman menghadirkan batik bertuliskan kaligrafi Khilafah. Hanawan Otok mengomandoi para musisi menyanyikan lagu-lagu bertema kebangkitan Islam. Ki Lutfi Caritogomo, dalang dari Wayang Kekayon Khalifah menghadirkan gunungan wayang bertuliskan sahabat-sahabat istimewa Nabi Muhamad SAW. Mereka adalah Mushab bin Umair, Abdullah bin Umar, dan Muadz bin Jabal. Mereka adalah duta-duta besar yang membuat Islam menyebar hingga seantero bumi.

Kaligrafi bertuliskan kalimat tauhid hadir dengan media alumunium. Ini karya seniman Rispul. Tak ketinggalan ilustrasi karya desainer kawakan Nur Latif berjudul Terbit yang Menenggelamkan. Print di atas kanvas, karya ini bercerita tentang pergiliran kekuasaan yang merupakan kehendak Allah dan keyakinan akan bangkitnya Islam.

Selain dari Jogjakarta karya yang tak kalah berharga lahir dari jejaring seniman KHAT Jawa Timur, Jawa Barat, dan Kalimantan Barat. Di Jawa Timur, Sebelas seniman memamerkan berbagai bidang seni. Lukis, Kriya, Desain Grafis, Fotografi, Puisi, juga karya seni arsitektur. Dari Jawa Barat memamerkan kurang lebih 30 karya berupa fotografi, musik, puisi, desain grafis, hand lettering. Sementara itu jejaring seniman KHAT Kalimantan Barat hadir dengan dominan karya grafis. Musik dan berbalas pantun khas Melayu Kalimantan Barat menjadi pelengkap.

Mari kita kembali ke Peter Joseph. Zeitgeist The Movie rilis tahun 2007. Situasi perpolitikan Amerika lumayan dibikin heboh. Sistem ekonomi kapitalis ditelanjangi habis-habisan di film ini. Setahun berikutnya lahir Zeitgeist Adendum yang fokus pada sistem moneter dan sistem pendukung berbasis sumber daya sosial yang dipengaruhi oleh ide-ide dari Fresco Jacque, pendiri korporasi The Venus Project. Di tahun 2011 Zeitgeist Moving Forward rilis. Ini melanjutkan Zeitgeist Adendum yang masih bercerita tentang The Project Venus. Sepertinya Peter dan Fresco benar-benar serius memikirkan hal ini.

Tentu saja keseriusan yang wajar terjadi demi merespon kondisi dunia yang karut marut. Kapitalisme sekuler benar-benar tak bisa dipertahankan. Sistem ini sudah benar-benar harus dienyahkan. Bahkan dalam sebuah wawancara, Peter Joseph menyatakan, "Tidak ada lagi negara yang paham cara menuntaskan persoalan di planet ini. Apa yang kemudian mereka lakukan? Ternyata kembali pada Tribalisme purba."

Apa nyana. The Venus Project pun ternyata hanya terlihat bagus di permukaan saja. Proyek ini menawarkan rencana pada tindakan yang mungkin untuk membawa perubahan sosial, sesuatu yang bekerja menuju peradaban dunia yang penuh kedamaian dan berkelanjutan. Proyek ini menggambarkan sebuah alternatif untuk berjuang menuju masa depan dimana hak asasi manusia bukan lagi menjadi sekedar proklamasi namun lebih merupakan cara hidup. 

Sebagai sebuah gerakan ia tak memiliki konsep dan metode yang jelas. Sejak pertama launching 1995, kemudian digembar-gemborkan lewat karya seni film documenter Zeitgeist (2007 – 2011) yang digadang-gadang menjadi sistem alternative pasca kapitalisme ternyata tak juga terjadi. Terlebih asasnya meniadakan Tuhan. Membuat peradaban bangkit? Jauh panggang dari api.

Lalu apa hubungannya dengan pameran seni Islam News World Order kali ini? Di sinilah harapan nyata itu. Benar bahwa sistem rusak ini harus diganti. Tapi tidak dengan sistem rusak yang baru. News World Order adalah ikhtiar untuk mengabarkan kepada manusia di pelosok bumi, setidaknya untuk wilayah Indonesia, bahwa kabar tentang sistem yang sempurna itu nyata adanya. Dikabarkan oleh manusia terbaik, Rasulullah Muhammad SAW. DIbimbing oleh wahyu Allah SWT.

Seni adalah medianya. Islam adalah landasannya. Konsep dan metodenya jelas. Terakhir saya ingin mengajak kita semua untuk kembali mereleksi diri. Di Amerika, orang-orang sudah jengah dengan sistem kapitalisme secular. Mereka tak percaya. Mereka ingin mengganti dengan sistem yang baru. Tapi tak punya konsep. News World Order, adalah kabar dari seluruh jejaring seniman muslim KHAT, yang mengabarkan kabar menggembirakan tentang sebuah tatanan dunia baru. Tatanan berbasis syariat. Tatanan yang membuat kita taat dan selamat.

InsyaAllah.

Posting Komentar untuk "Zeitgeist dan Tatanan Dunia Berbasis Syariat"