Pagi Pertama di Saigon
Pagi tiba. Ini saatnya eksplorasi kota Saigon. Oh iya agar tak bikin bingung jika saya menyebut Saigon itu artinya Ho Chi Minh City. Jika saya menyebut Ho Chi Minh City itu artinya Saigon. Sama saja. Original namenya adalah Saigoin. Karena alasan politik, nama kota ini diubah menjadi Ho Chi Minh City.
Kediaman Dong sebenarnya tidak betul-betul tepat di tengah kota. Membutuhkan waktu setengah jam atau bahkan 45 menit dengan sepeda motor. Tadi malam kami sudah sepakat, pagi hari Dong akan pergi bekerja di pusat kota, saya membonceng, lalu nanti malam hari Dong akan menjemput saya untuk kembali ke rumah.
“Selamat datang di Ho Chi Minh City” kalimat ini diucapkan Dong sambil memamerkan kondisi jalan raya yang dipenuhi sepeda motor. Sesak. Padat merakyat. Sistem komunisme membuat hanya orang yang sangat sangat sangat kaya yang bisa dan mau mengendarai mobil. Sisanya adalah rakyat yang didoktrin untuk hidup tanpa kelas. Sama rata sama rasa. Naik motor sama sama setiap pergi dan pulang kerja.
Ya, lautan sepeda motor is my first impression di kota ini. Ini benar-benar tak terbayangkan. Mungkin sama halnya bagi warga Vietnam yang tak pernah membayangkan naik kereta dari Bogor ke Jakarta pada pagi hari dan pulang lagi ke Bogor pada sore hari. Bagi anda warga Vietnam, selamat membayangkan.
Lho? Bukankah Jakarta tidak menerapkan sistem komunisme? Bukankah di Jakarta aroma kapitalisme lebih terasa? Kok situasinya sama saja? Ribuan manusia berjubel dalam gerbong. Berkelahi dengan waktu. Demi bisa bertahan hidup. Kerja. Kerja. Kerja. Sementara segelintir yang lain secara sistemik meikmati limpahan harta yang tak terhitung jumlahnya. Jahat ya? Ya, jahat!
Saya sampai di pusat kota. Sudah sejak semalam saya sampaikan ke Dong ingin mengunjungi Masjid. Setidaknya ada 2 masjid di pusat kota yang cukup populer di internet. Atau bisa dibilang dua masjid ini sering disebut-sebut oleh para traveler muslim khususnya mereka yang dari Indonesia dan Malaysia ketika mereka menulis blog tentang eksploring kota Saigon.
Pertama The Central Mousqu Ho Chi Minh City. Nama Aslinya Masjid Al-Jami’a Al-Muslimin. Atau ada juga yanng menyebutnya Dong Du Mosque karena Masjid ini terletak di Jalan Dong Du. Masjid ini dibangun oleh para pedagang India pada tahun 1935. Sayang, sebagian dari mereka banyak yang meninggalkan Vietnam karena kecamuk Perang Dunia II.
Masjid ini relatif mudah ditemukan. Karena benar-benar di pusat kota. Lokasinya pas di belakang Hotel Sheraton yang tinggi menjulang. Artinya, jika kita sedang jalan kaki keliling kota, Hotel Sheraton bisa jadi penanda jika nyasar atau kesulitan mencari posisi masjid ini.
Diantar oleh Dong, saya sampai tepat di depan Masjid ini. Hari masih pagi. Belum ada aktivitas. Saya masuk. Menemukan kolam dengan air begitu bening di sisi kanan. Ini adalah tempat wudhu. Tak ada orang di sekitar.
Selesai wudhu saya masuk ke teras masjid. Sholat dua rakaat. Bertemu brosur/booklet/buku-buku sederhana berisi informasi tentang Islam. Sebagian berbahasa Arab. Sebagian berbahasa Vietnam. Ada yang berbahasa Melayu meski tak banyak.
Begini salah satu cara mereka mendakwahkan Islam. Kata saya dalam hati. Sungguh saya ingin berjumpa dengan seseorang. Bercakap-cakap. Mencari informasi apa saja. Tapi tak saya temukan. Tak mengapa. Kebetulan ini hari jumat. Nanti agak siang, pasti ramai orang di sini.
Saya keluar. Melihat restoran halal di sebelah masjid. Juga belum buka. Saya lihat sekeliling. Membuka seluler. Membuka peta. Lalu mulai melangkah keliling kota menikmati betapa banyaknya desain baliho, banner, spanduk, yang bergambar arit dan palu. Gambar-gambar ini punya sensasi tersendiri bagi saya. Nanti saya ceritakan.
Salam
Pay Jarot Sujarwo
ig: @payjarotsujarwo
fb: Pay Jarot Sujarwo
web. www.payjarotsujarwo.com
Join me di channel telegram
t.me/payjarot
Posting Komentar untuk "Pagi Pertama di Saigon"